Left arrow Kembali

Kenali Jenis Minyak Goreng dan Risikonya

Tentu kita sudah tidak asing dengan minyak goreng. Hampir semua aktivitas memasak, memerlukan minyak goreng agar makanan dapat disantap nikmat. Namun, tahukah Anda setiap minyak goreng memiliki smoking point atau titik pengasapan maksimal yang berbeda?

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan bahan utama bernama minyak goreng. Tak terhitung berapa banyak makanan favorit yang hadir di piring kita berkat kontribusi minyak goreng dan rasanya konsumsi harian kita tak bisa dipisahkan darinya. Namun, sudahkah kamu mengetahui tentang bahaya laten yang tersimpan dalam minyak goreng?

Setiap minyak goreng memiliki smoke point atau titik pengasapan yang berbeda. Saat minyak goreng dipanaskan melebihi titik pengasapannya akan muncul asap yang menandakan bahwa minyak goreng mulai rusak dan terbakar, artinya terjadi perubahan komposisi dalam minyak goreng tersebut yang akan merusak rasa masakan dan nilai gizinya. Lebih parah lagi, asap yang muncul mengandung senyawa karsinogen seperti senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) yang dapat menyebabkan kanker jika dihirup. Senyawa PAHs ini memang terkandung dalam asap hasil pembakaran tidak sempurna, seperti pada pembakaran rokok, sampah, lilin, bahan bakar, dan lain sebagainya. Selain itu, perlu diingat juga bahwa titik pengasapan minyak goreng akan semakin menurun seiring dengan semakin lama ia dipanaskan. Artinya, memanaskan ulang minyak goreng yang telah digunakan bukanlah ide yang bagus.

Minyak goreng juga mengandung lemak. Saat dipanaskan terlalu lama, akan menguap menjadi gas. Jika lemak berbentuk aerosol ini masuk ke sistem pernafasan, ia akan menyebabkan iritasi pada membran mukosa pada batang tenggorokan sehingga jumlah udara yang masuk saat menarik nafas akan berkurang. 

Di antara berbagai jenis minyak goreng yang ada di pasaran, coconut oil memiliki titik pengasapan paling rendah pada angka 175 derajat celsius. Disusul dengan extra virgin olive oil pada angka 200 hingga 215 derajat celsius dan canola oil pada angka 205 derajat celsius. Macadamia oil dan sunflower oil berada sedikit lebih di atas, yaitu pada angka 210 hingga 234 derajat celsius dan 225 derajat celsius. Di titik paling atas, ada avocado oil dengan titik pengasapan 250 derajat celsius dan rice bran oil dengan titik pengasapan 260 derajat celsius. Sementara minyak goreng yang umum digunakan di Indonesia atau minyak kelapa sawit ada di posisi tengah dengan angka 232 derajat celsius. 

Perbedaan titik pengasapan ini tentunya mempengaruhi jenis masakan yang paling cocok dan aman untuk dipasangkan dengan minyak tersebut. Minyak dengan tingkat pengasapan rendah, seperti coconut oil dan extra virgin olive oil, sebaiknya hanya digunakan untuk menumis atau menu yang dimasak menggunakan oven. Sementara avocado oil dan rice bran oil paling cocok untuk menggoreng makanan dengan suhu tinggi.

Maka, kurangi risiko kesehatan Anda dengan memilih minyak goreng dengan titik pengasapan yang sesuai kebutuhan, dan pastikan ventilasi di dapur memadai untuk menghindari risiko kesehatan yang tidak diinginkan.