Left arrow Kembali

Benarkah Stunting pada Anak disebabkan oleh Orang Tua Perokok?

Stunting selama ini identik dengan kurang gizi yang menyebabkan pertumbuhan anak terhambat, perkembangan otak tidak maksimal, hingga kemampuan mental dan belajar yang kurang. Tetapi, penelitian terbaru menyebutkan orang tua perokok memiliki andil terhadap stunting anak.

Sampai saat ini kita masih menjumpai kondisi pertumbuhan anak yang terhambat akibat kekurangan gizi. Dengan kondisi tersebut membuat anak tidak dapat tumbuh secara optimal dan kerap kali menjadi lebih pendek atau kerdil dari anak-anak seusianya. Selain memengaruhi kondisi fisik tubuh, gizi yang kurang baik pada tubuh anak juga dapat mempengaruhi perkembangan otak. Kondisi yang biasa disebut sebagai stunting ini menjadi masalah serius bagi perkembangan anak. Lantas, apa sebenarnya stunting itu?

Apa itu Stunting pada Bayi dan Anak-anak?

Saat ini istilah stunting mungkin masih terdengar asing di telinga banyak orang. Tapi stunting sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius dan sering terjadi di Indonesia. 

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang cukup lama. Kurangnya asupan gizi pada anak mengakibatkan pertumbuhan pada anak terganggu. Stunting menjadi salah satu penyebab tinggi badan terhambat dan kemampuan berpikir yang kurang optimal.

Dengan kondisi fisik yang terhambat tersebut, banyak masyarakat yang menganggap bahwa kondisi ini merupakan kondisi yang disebabkan oleh faktor genetik. Faktanya, faktor genetika justru memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang jika dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Faktor Penyebab Stunting pada Anak

Selain itu, ternyata ada banyak hal-hal lain yang dapat menjadi penyebab stunting pada anak. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

1. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua

Sejak bayi didalam kandungan Ibu, bayi sudah membutuhkan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Maka dari itu, sudah menjadi kewajiban seorang Ibu untuk selalu menjaga kesehatan tubuh serta menjaga kandungan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh selama masa kehamilan.

Jika seorang Ibu tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk memenuhi asupan nutrisi yang baik untuk janin, maka risiko terjadinya stunting pada bayi semakin besar. Setelah bayi lahir pun, pada 1000 hari pertama kehidupan atau selama 0 - 2 tahun, adalah waktu yang sangat krusial untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Pada masa ini, bayi membutuhkan nutrisi yang didapat dari ASI eksklusif selama enam bulan dan tambahan makanan pendamping ASI yang berkualitas dengan kandungan gizi yang cukup. Oleh karena itu, ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi anak.

Baca Juga: Fakta-Fakta Menarik tentang Nikotin yang Perlu Diketahui

2. Adanya Infeksi Kronis

Adanya penyakit infeksi berulang yang dialami bayi sejak dini menyebabkan tubuh bayi yang selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit. Jika kebutuhan gizi yang berlebih tidak diimbangi dengan asupan yang cukup, resiko anak mengalami kekurangan gizi dan mengalami stunting akan semakin besar.

3. Sanitasi yang buruk

Dengan kondisi sulit air dan sanitasi yang buruk di lingkungan tempat tinggal juga dapat menaikkan risiko stunting pada bayi. Penggunaan air yang tidak bersih untuk masak atau minum dengan disertai kurangnya ketersediaan sanitasi merupakan salah satu penyebab stunting dan terjadinya infeksi pada anak.

Baca Juga: Tobacco Harm Reduction, Strategi Mengurangi Bahaya Rokok

4. Orang Tua adalah perokok aktif

Sebuah penelitian baru dari World Health Organization (WHO) menemukan bahwa penyebab stunting pada anak lebih umum terjadi pada anak-anak dengan orangtua perokok. 

Penelitian WHO yang dilakukan di Kamboja tersebut menemukan korelasi antara pengurangan penggunaan tembakau atau rokok oleh ibu dengan penurunan prevalensi stunting di Kamboja selama satu dekade terakhir. Penelitian tersebut menemukan bahwa ibu yang merokok mempengaruhi stunting pada anak secara signifikan. Seperti yang umum diketahui, konsumsi tembakau dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan pada uterus, sehingga mempengaruhi nutrisi yang diperoleh oleh anak sejak di dalam kandungan. Penelitian sejenis di Brazil pun menemukan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan dan paparan berlebih terhadap asap rokok pada awal pertumbuhan anak menghasilkan efek negatif jangka panjang pada tinggi badan.

Lebih jauh lagi, penggunaan tembakau oleh, baik ibu atau pun ayah, kerap kali mendorong orang tua menghabiskan uang mereka untuk membeli rokok dan bukan membeli makanan. Anak-anak pun menjadi pihak yang dirugikan karena mereka tidak mendapatkan makanan serta nutrisi seperti yang seharusnya. Penelitian yang dilakukan oleh Semba et. al. pada keluarga urban miskin di Indonesia menemukan bahwa paternal smoking atau keberadaan ayah yang merokok meningkatkan risiko stunting, kekurangan gizi, dan bahkan severe wasting atau kekurangan gizi akut yang menyebabkan anak menjadi sangat kurus. Pada keluarga-keluarga miskin dengan ayah perokok, mayoritas pemasukan dihabiskan untuk membeli rokok untuk konsumsi sang ayah. Akibatnya, alokasi pengeluaran untuk makanan pun menjadi lebih rendah dan anak-anak menjadi kekurangan gizi.

Baca Juga: Pentingnya Penyesuaian Dosis Nikotin Saat Ingin Berhenti Merokok

Bahaya Merokok di Dekat Ibu Hamil dan Anak-anak

Asap rokok mengandung banyak bahan kimia yang berbahaya jika dihirup oleh siapapun, terlebih jika orang tersebut adalah ibu hamil. Asap rokok yang terhirup juga dapat menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan, termasuk pada janin yang sedang dikandung.

Asap rokok bisa bertahan di udara selama 2-3 jam. Kandungan kimiawi pada asap rokok bahkan bisa menempel pada benda padat seperti dinding dan perabotan rumah selama bertahun-tahun. Walaupun zat kimia yang dihasilkan oleh asap rokok tidak terlihat, bekas zat kimia yang menempel tersebut masih dapat mengakibatkan masalah serius bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya.

Ada banyak sekali bahaya yang mengancam ibu hamil dan janinnya selain risiko stunting yang mungkin akan diderita sang anak di kemudian hari. Namun resiko lain yang tak kalah berbahaya selain stunting bisa saja terjadi, seperti keguguran, kelahiran prematur, hingga berat badan yang tidak optimal waktu melahirkan.

Penemuan-penemuan ini dapat menjadi pengingat pada diri kita sebagai orang tua untuk lebih berhati-hati dan bertanggung jawab terhadap kesehatan anak kita, agar mereka tak mengalami stunting akibat hal-hal yang seharusnya bisa dihindari. Kunjungi artikel KABAR lainnya untuk mengetahui resiko bahaya dari merokok hanya di sini!