Di Indonesia, sudah menjadi hal umum melihat orang membuka jendela mobil untuk merokok sambil berkendara. Banyak orang beranggapan bahwa selama jendela dibuka, kebiasaan tersebut akan aman untuk orang yang tidak merokok di dalam mobil tersebut. Kenyataan yang berbeda disampaikan oleh Dr. Anil Namdeo dari Transport Operation Research Group, Newcastle University, Inggris. Beliau menyampaikan bahwa orang berpikir saat mereka membuka jendela akan membersihkan udara di dalam mobil, tetapi itu hanya akan membuat udara dari luar tersedot dan mendorong asap langsung ke kursi belakang. Jika pengemudi tersebut membawa anak kecil atau bayi, hal ini akan sangat berisiko bagi kesehatan mereka.
Sebuah penelitian untuk mengukur kandungan zat berbahaya di dalam mobil jika ada yang merokok menunjukkan adanya peningkatan partikel halus (particulate matter/PM) 2,5 yang tinggi di sekitar pengemudi dan kursi yang diduduki anak-anak walau jendela mobil telah dibuka. Untuk mengurangi risiko kesehatan bagi perokok pasif di dalam mobil, beberapa negara telah memberlakukan peraturan untuk mengatur hal tersebut. Misalnya di Inggris, sejak tahun 2015 telah diberlakukan aturan tidak boleh merokok di dalam mobil jika di dalamnya terdapat anak berusia 18 tahun ke bawah.
Paparan terhadap asap rokok di dalam mobil tidak hanya terjadi ketika rokok sedang menyala. Kandungan senyawa berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran rokok tidak langsung hilang tetapi justru menempel pada bagian tubuh perokok, baju, dan interior mobil. Perokok maupun non-perokok yang tidak sengaja terpapar zat berbahaya biasa disebut sebagai Third-hand smoke. Third-hand smoke ini memiliki bahaya yang mirip dengan Second-hand smoke atau asap yang dihasilkan langsung dari pembakaran rokok atau hembusan asap dari perokok.
Baca Juga: https://koalisibebastar.com/article/ketahuilah-5-cara-menghilangkan-bau-rokok-di-mobil-dengan-mudah
Interior mobil yang dipenuhi polusi dari asap rokok akan sangat sulit dibersihkan. Ketidaknyamanan dan bahaya dari zat beracun akan terus terikat pada penumpang mobil secara perlahan dari seringnya aktivitas berkendara. Hal ini tentu akan sangat merugikan bagi pembeli mobil bekas yang sebelumnya digunakan oleh perokok berat. Mencuplik catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), orang yang menjadi perokok pasif memiliki risiko terjangkit penyakit jantung koroner 25-35 persen lebih tinggi ketimbang yang bebas dari asap rokok. Kanker paru-paru juga mengintai mereka yang menjadi perokok pasif.
Jadi, hindari kebiasaan merokok di dalam mobil untuk melindungi kesehatan Anda, keluarga, dan kerabat Anda.