Belakangan ini, kita semakin sering mendengar peringatan dan diskusi mengenai perubahan iklim yang terjadi di seluruh belahan dunia. Masalah mengenai perubahan iklim yang terjadi ini semakin parah seiring dengan sisa waktu yang kian menipis untuk memperbaiki kerusakan yang telah diciptakan oleh manusia.
Seperti yang telah kita ketahui, pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan gas alam yang terus meningkat adalah salah satu kontributor utama terhadap situasi gawat ini. Selain ancaman polusi global yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, ternyata masih ada ancaman polusi global lain yang diakibatkan oleh pencemaran udara dan tingkat kualitas udara yang semakin buruk.
Polusi udara merupakan ancaman lingkungan terbesar yang membuat kualitas udara semakin buruk. Selain itu, hal ini juga meningkatkan risiko kesehatan bagi tubuh manusia. Membahas mengenai ancaman polusi udara sendiri, apakah Anda sudah tahu mengenai apa definisi dari ancaman polusi udara?
Baca Juga: Dampak Buruk Asap Rokok pada Kecerdasan Intelektual Anak Anda!
Apa itu Ancaman Polusi Udara Global?
Ancaman polusi global telah menjadi ancaman nyata yang selama ini masih menghantui umat manusia. Kualitas udara yang buruk menjadi salah satu ancaman terbesar bagi masyarakat Indonesia.
Perlu Anda ketahui, pencemaran udara yang mengakibatkan polusi dapat timbul karena kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi yang terjadi di atmosfer bumi dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan seluruh ekosistem di dunia. Karena pencemaran udara ini terjadi di seluruh permukaan bumi, maka pencemaran udara digolongkan menjadi ancaman global yang harus diwaspadai dan ditangani sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat.
Baca Juga: Bagaimana Cara Memilih Masker yang Tepat?
Penyebab Terjadinya Polusi Udara yang Mengakibatkan Kualitas Udara Memburuk
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, penyebab utama dari ancaman lingkungan terbesar di dunia ini adalah dari penggunaan bahan bakar fosil. Selain itu, terjadinya penggundulan hutan serta tingginya konsumsi produk tembakau di dunia juga menjadi penyebab lain dari polusi udara.
Pada 2019 lalu, data terbaru yang dikumpulkan oleh IQAir dalam World Air Quality Report mengungkap peringkat kota-kota di dunia yang paling tercemar. Laporan itu membeberkan perubahan konsentrasi partikulat PM 2.5 di seluruh dunia sepanjang 2019. Dalam laporan tersebut, polusi akibat urbanisasi kota yang sangat cepat terjadi di wilayah Asia Tenggara.
Pada tahun ini, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah memasukkan polusi udara ke dalam daftar tantangan kesehatan global. Ini artinya, penanganan polusi udara harusnya menjadi prioritas bagi setiap negara. Keputusan ini diambil oleh WHO karena mereka menemukan bahwa setiap harinya, sembilan dari sepuluh penduduk bumi menghirup udara yang tercemar. Peningkatan polusi udara terutama terjadi selama tiga tahun terakhir, dengan tingkat polusi udara yang meningkat hampir dua kali lipat. Hasilnya, 97 persen kota di negara-negara berpenghasilan rendah memiliki kualitas udara yang buruk dan tidak memenuhi pedoman kualitas udara WHO. Maka, sudah sepantasnya polusi udara dilihat sebagai sebuah ancaman global.
Baca Juga: Sudah Benarkah Masker Pelindung Polusi Udara yang Anda Gunakan
Direktur Umum WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan bahwa polusi udara adalah “the new tobacco” atau tembakau jenis baru karena memiliki risiko kesehatan yang sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari merokok. Polutan mikroskopis yang menyebar di udara akibat polusi dan pencemaran dapat menembus sistem pernapasan dan peredaran darah sehingga polusi udara dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, jantung, dan otak. Penurunan kualitas udara juga berbanding terbalik dengan peningkatan risiko stroke, serangan jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan kronik dan akut seperti asma. Sejauh ini, WHO mencatat bahwa setiap tahunnya 4,2 juta orang meninggal akibat polusi udara di luar ruangan dan 3,8 juta orang meninggal akibat polusi udara di dalam ruangan. Sebagai perbandingan, diperkirakan bahwa rokok dan tembakau membunuh sekitar 7 juta orang setiap tahunnya.
Untuk mencegah peningkatan polusi udara hingga titik yang tidak dapat diperbaiki lagi, WHO mengadakan Konferensi Global tentang Polusi Udara dan Kesehatan pertama di Jenewa, Swiss pada bulan Oktober 2018 lalu. Konferensi tersebut menghasilkan 70 komitmen untuk meningkatkan kualitas udara. Namun, akan lebih baik jika kita juga mulai berkontribusi untuk meningkatkan kualitas udara di sekitar kita. Salah satunya dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan gas alam, serta mengurangi kegiatan merokok untuk meminimalisir polusi udara yang diakibatkan asap rokok.