Kebiasaan membakar sampah bukan hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sayangnya, banyak yang belum menyadari bahwa kebiasaan ini tidak hanya bentuk pencemaran lingkungan, tetapi juga sangat berbahaya bagi kesehatan.
Mengapa kebiasaan ini berbahaya? Dikutip dari Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat, pembakaran sampah rumah tangga merupakan pembakaran tidak sempurna dikarenakan temperatur pembakaran yang relatif rendah. Seperti TAR dan asap yang dihasilkan oleh rokok, pembakaran tidak sempurna dari sampah rumah tangga akan menghasilkan karbon monoksida serta berbagai senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) seperti benzopyrenes, zat-zat beracun yang bersifat karsinogenik dan mutagenik.
Pembakaran sampah sebenarnya merupakan salah satu upaya pengelolaan sampah. Menurut Direktur Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Dr. Emil Budianto yang dikutip dari kompas.com, pembakaran tidak menghasilkan zat-zat berbahaya selama dilakukan pada suhu 1.000 derajat Celsius. Tetapi, pembakaran stabil dengan suhu setinggi ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan mesin incinerator.
Sebuah studi yang dilakukan EPA menunjukkan bahwa pembakaran sampah dalam tong atau pada area terbuka akan menghasilkan jumlah furan dua kali lebih banyak, dioksin 20 kali lebih banyak, dan partikel-partikel polutan 40 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan penggunaan mesin incinerator. Dioksin dan furan adalah zat toksin yang sangat berbahaya dan dapat berdampak bagi kesehatan dalam jangka panjang.
Selain itu, pembakaran sampah rumah tangga akan menghasilkan benzopyrenes, salah satu senyawa PAH yang juga terkandung dalam asap rokok dan bersifat karsinogenik atau dapat menimbulkan kanker. Asap dari pembakaran sampah bahkan mengandung kadar benzopyrenes hingga 70 ppm, sekitar 350 kali lebih tinggi dari asap rokok.
Apakah dampak kesehatan dari pembakaran sampah? Reaksi singkat terhadap paparan terhadap berbagai senyawa kimia dalam asap hasil pembakaran sampah diantaranya adalah gangguan pernapasan seperti batuk dan asma, ruam pada kulit, mual, pusing, dan sakit kepala.
Selain terhirup, senyawa-senyawa kimia dari asap serta abu sisa pembakaran dapat menempel pada benda-benda yang ada di sekitar pekarangan, seperti pohon, tumbuh-tumbuhan, permukaan tanah, saluran air, dan sebagainya. Paparan zat kimia ini tetap dapat terjadi bahkan ketika api sudah padam ketika kita bersentuhan atau mengonsumsi benda-benda yang telah terpapar asap hasil pembakaran sampah tersebut.
Paparan dalam jangka panjang terhadap asap pembakaran sampah diketahui dapat menimbulkan kanker, gangguan sistem saraf dan pernapasan, serta meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru-paru.
Nah, setelah mengetahui bahaya dari membakar sampah, mari kita kurangi risiko kesehatan dengan stop membakar sampah!