Left arrow Kembali

Surat Terbuka untuk WHO: Tinjauan Terhadap Tembakau Alternatif

72 ilmuwan dan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan nikotin meminta World Health Organization (WHO) dan para pemangku kepentingan untuk mengambil pendekatan yang lebih positif dan terbuka terhadap teknologi dan inovasi baru yang dapat menjadi solusi bagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok.

Pada 1 Oktober 2018, 72 ilmuwan dan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan nikotin dari 19 negara dan 6 benua menandatangani sebuah surat terbuka yang ditujukan pada Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO). Surat terbuka tersebut menuntut pengikutsertaan strategi pengurangan bahaya tembakau sebagai pilar dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) atau Konvensi Kerangka Kerja Pengontrolan Tembakau WHO.

Dalam surat tersebut, para ahli meminta WHO dan para pemangku kepentingan untuk mengambil pendekatan yang lebih positif dan terbuka terhadap teknologi dan inovasi baru yang dapat menjadi solusi bagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok. Salah satu inovasi tersebut adalah produk tembakau alternatif yang seharusnya dipandang sebagai entitas yang berbeda dari rokok. Hal ini didasari oleh meningkatnya popularitas produk tembakau alternatif sebagai teknologi baru yang telah teruji dapat memberikan asupan nikotin pada penggunanya tanpa perlu membakar daun tembakau dan membuat penggunanya harus menghirup asap tembakau yang berisiko tinggi bagi kesehatan.

Berdasarkan temuan dari berbagai penelitian ilmiah terkait proses kimiawi dan fisik yang terjadi, tingkat toksikologi emisi yang tercipta, dan paparan biomarker yang ada, produk tembakau alternatif yang tak melibatkan pembakaran tembakau jauh lebih tidak berbahaya dibanding rokok. Sementara, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa bahaya dari rokok tercipta bukan karena kandungan nikotinnya, namun karena kandungan TAR dan berbagai senyawa kimia yang terjadi akibat pembakaran tembakau tidak sempurna.

Surat terbuka ini juga mengingatkan WHO dan pihak-pihak yang terlibat dalam FCTC untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaturan yang berlebihan dan terlalu ketat untuk produk tembakau alternatif sehingga membatasi potensi yang dimiliki produk ini dan justru menyebabkan konsekuensi tidak diinginkan, seperti keengganan untuk beralih dari rokok yang lebih berisiko bagi kesehatan masyarakat. Terakhir, surat terbuka ini mengharapkan bahwa ke depannya, WHO akan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan. Selain pihak-pihak yang sudah terlibat, ada banyak pemangku kepentingan seperti konsumen, media, dan ahli kesehatan publik yang mendukung penggunaan strategi pengurangan bahaya tembakau yang seharusnya ikut dilibatkan dalam proses perumusan FCTC. Ke-72 ilmuwan tersebut khawatir FCTC selama ini tidak melibatkan perspektif yang lebih beragam sehingga keputusan yang diambil menjadi tidak kuat dan tidak kredibel.

Melalui surat terbuka ini, para ahli tersebut berharap WHO melalui FCTC dapat membawa pengaruh yang lebih positif terhadap regulasi dan pengontrolan tembakau dengan mempertimbangkan potensi produk tembakau alternatif sehingga produk ini dapat mengurangi risiko kesehatan akibat tembakau bagi konsumen dan masyarakat umum.

Sumber: clivebates.com