Left arrow Kembali

BRIN & AKVINDO: Regulasi Berbasis Risiko untuk Indonesia

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Prasetya, menegaskan bahwa bahaya utama rokok berasal dari pembakaran yang menghasilkan TAR, bukan dari nikotin. Karena itu, menurutnya, produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik atau tembakau dipanaskan tidak seharusnya diperlakukan sama dengan rokok konvensional.

“Produk yang tidak menghasilkan TAR seharusnya tidak diperlakukan sama dengan rokok bakar,” ujarnya. Dengan 70 juta perokok aktif di Indonesia dan kebijakan lama yang belum efektif, ia mendorong pemerintah mempertimbangkan pendekatan berbasis pengurangan bahaya (harm reduction).

Senada, Ketua AKVINDO Paido Siahaan menilai prevalensi perokok dewasa Indonesia yang masih tinggi membutuhkan pendekatan pragmatis. Produk alternatif, bila diatur dengan standar keamanan ketat, dapat melengkapi program berhenti merokok nasional. Ia merujuk pada penelitian University of New South Wales (UNSW Sydney) yang menunjukkan tingkat keberhasilan berhenti merokok dengan vape mencapai 28,4%, dibandingkan hanya 9,6% dengan NRT.

  • Kompas. Industri Vape Perlu Aturan Khusus Beda dari Rokok.
  • Tribun News. Akvindo: Tembakau Alternatif Bisa Menjadi Komplementer Program Berhenti Merokok.