Left arrow Kembali

BRIN & AKVINDO: Regulasi Berbasis Risiko untuk Indonesia

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Bambang Prasetya, menegaskan bahwa bahaya utama rokok berasal dari pembakaran yang menghasilkan TAR, bukan dari nikotin. Karena itu, menurutnya, produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik atau tembakau dipanaskan tidak seharusnya diperlakukan sama dengan rokok.

"Produk alternatif seperti vape tidak dibakar. Artinya, tidak menghasilkan tar seperti rokok," ujar peneliti BRIN, Prof. Bambang Prasetya, dalam keterangannya. Ia menegaskan bahwa pendekatan kebijakan seharusnya berbasis pada kajian risiko, bukan disamaratakan.

Senada dengan Prof. Bambang, Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO) Paido Siahaan, menilai prevalensi perokok dewasa Indonesia yang masih tinggi membutuhkan pendekatan pragmatis. Produk alternatif, bila diatur dengan tepat, dapat melengkapi program berhenti merokok yang sudah ada. Ia merujuk pada penelitian University of New South Wales (UNSW Sydney) yang menunjukkan tingkat keberhasilan berhenti merokok dengan vape mencapai 28,4%, dibandingkan hanya 9,6% dengan NRT.

Sumber: