Left arrow Kembali

10 Mitos Rokok Elektronik

Rokok elektronik merupakan salah satu tipe produk tembakau alternatif yang mulai meningkat popularitas dan penggunaannya di Indonesia. Meskipun begitu, kurangnya edukasi dan informasi membuat terjadinya mispersepsi di masyarakat. Bahkan, beragam mitos pun bermunculan seputar rokok elektronik.

Rokok elektronik merupakan salah satu tipe produk tembakau alternatif yang mulai meningkat popularitas dan penggunaannya di Indonesia. Meskipun popularitas rokok elektronik saat ini sudah meningkat, kurangnya edukasi dan informasi mengenai rokok elektronik membuat masyarakat masih kerap memiliki persepsi yang salah mengenai rokok elektronik. Bahkan tidak sedikit yang mempercayai mitos yang tidak jelas asal-usulnya.

Berikut ini adalah sembilan mitos mengenai rokok elektronik yang masih salah dimengerti oleh masyarakat. Mari simak penjelasannya dengan lengkap melalui poin-poin berikut ini!

Baca Juga: Nikotin vs TAR: Mana yang Lebih Berbahaya?

1. Tak ada informasi jelas atau penelitian tentang rokok elektronik.

Sampai saat ini masih banyak yang menganggap bahwa informasi mengenai kehadiran rokok elektronik tidak jelas, bahkan ada yang menganggap bahwa penelitian mengenai rokok elektronik tidak valid. Padahal kenyataannya, jumlah riset dan penelitian mengenai rokok elektronik meningkat secara drastis sejak tahun 2013, hingga januari 2022 saat ini.

Dalam jangka waktu lima tahun, jumlah penelitian yang ada meningkat dari 50 penelitian menjadi lebih dari 500 penelitian. Di Indonesia sendiri pun juga sudah memiliki penelitian mengenai rokok elektronik, seperti penelitian independen yang dilakukan oleh Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP).

2. Tak ada regulasi mengenai rokok elektronik.

Walaupun rokok elektronik masih tergolong produk baru yang ada di Indonesia, ternyata sudah ada lebih dari 62 negara di dunia yang telah memberlakukan regulasi mengenai kehadiran rokok elektronik di negaranya. Indonesia sendiri menjadi negara pelopor yang telah membuat regulasi mengenai rokok elektronik di Asia Tenggara, melalui Peraturan Menteri Keuangan pada tahun 2017 dan 2018. Saat ini Indonesia telah melegalkan peredaran dan penggunaan rokok elektronik dan Produk Tembakau Alternatif lainnya di Indonesia.

Baca Juga: Bagaimana Cara Memilih Masker yang Tepat?

3. Rokok elektronik mendorong penggunaan oleh non-perokok dan anak muda.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Action on Smoking & Health (ASH), saat ini hanya 6,2% populasi Inggris yang mengkonsumsi dan menggunakan rokok elektronik. Mayoritas dari para pengguna rokok elektronik berasal dari perokok aktif (1,7 juta orang) serta manfat perokok aktif (1,4 juta).

Penggunaan rokok elektronik oleh mereka yang tidak pernah merokok sebelumnya sangat rendah, yaitu hanya sekitar 0,5% dari keseluruhan populasi masyarakat di Inggris.

Baca Juga: Kandungan Asap Rokok dan Risiko yang Ditimbulkan

4. Rokok elektronik juga mengandung nikotin dan menyebabkan ketergantungan, seperti rokok konvensional.

Mitos mengenai rokok elektronik yang juga mengandung nikotin dan menyebabkan ketergantungan ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Karena faktanya rokok elektronik memang mengandung berbagai macam bahan kimia, termasuk nikotin yang pada dasarnya memang merupakan bahan kimia adiktif.

Namun yang perlu Anda ingat adalah nikotin sesungguhnya bukan penyebab dari berbagai risiko kesehatan yang muncul dan diakibatkan oleh rokok konvensional. Rokok elektronik lebih aman karena menyediakan pilihan bagi perokok untuk tetap mendapatkan asupan nikotin yang mereka butuhkan, dengan risiko ketergantungan dan risiko kesehatan yang jauh lebih rendah daripada rokok konvensional.

5. Kenalanku memakainya terus-menerus. Mereka pasti mendapatkan dosis nikotin yang lebih tinggi.

Sebenarnya, konsumsi rokok elektronik yang lebih tinggi daripada rokok konvensional ini disebabkan oleh kadar nikotin dalam rokok elektronik yang lebih rendah. Karena itulah para perokok yang baru berpindah dengan menggunakan rokok elektronik membutuhkan konsumsi nikotin dalam jumlah yang lebih besar untuk mencapai kadar nikotin yang biasa mereka dapatkan setiap harinya.

Baca Juga: Dampak Buruk Asap Rokok pada Kecerdasan Intelektual Anak Anda!

6. Rokok elektronik mudah meledak.

Meskipun rokok elektronik merupakan sebuah alat yang memang memanfaatkan baterai sebagai sumber energi utamanya, dan pada kenyataannya baterai tesebut dapat meledak. Namun bukan berarti rokok elektronik memang sebuah alat yang udah meledak. Faktanya, meskipun rokok elektronik yang meledak bukanlah mitos, namun kasus ini sangat amat jarang terjadi.

7. Rokok elektronik sama berbahayanya dengan rokok konvensional.

Pandangan mengenai rokok elektronik yang sama bahayanya dengan rokok konvensional ini sesungguhnya telah dibantah oleh berbagai penelitian mengenai rokok elektronik. Penelitian yang dilakukan YPKP, misalnya, menemukan bahwa perokok aktif yang mengkonsumsi rokok konvensional memiliki risiko sel abnormal di mulut lebih tinggi daripada pengguna rokok elektronik. Penelitian oleh Levy et. al. di Amerika juga menyatakan bahwa rokok elektronik memiliki risiko kesehatan 95% lebih rendah daripada rokok konvensional.

8. Rokok elektronik tak membuat perokok berhenti merokok.

Meskipun saat ini masih belum ada laporang mengenai peningkatan dramatis dalam jumlah perokok yang berhenti merokok berkat pengunaan rokok elektronik, beberapa penelitian telah menemukan tren yang menggembirakan. Setidaknya, rokok elektronik dapat menjadi langkah awal bagi para perokok untuk berhenti merokok sepenuhnya.

9. Rokok elektronik dapat memancing anak di bawah umur untuk mencobanya.

Sampai sejauh ini masih belum ada penelitian yang dapat mendukung pernyataan bahwa rokok elektronik dapat memancing anak di bawah umur untuk mencobanya. Penggunaan rokok elektronik hampir secara eksklusif dilakukan oleh para perokok aktif.

Baca Juga: Sudah Benarkah Masker Pelindung Polusi Udara yang Anda Gunakan

10. Vape itu bebas efek samping

Salah satu poin plus dari hadirnya rokok elektronik adalah karena produk ini mengandung tembakau dalam kadar yang lebih rendah, tidak seperti yang ada pada rokok konvensional. Meskipun begitu, bukan berarti rokok elektronik tidak akan menyebabkan ketergantungan. Karena sebenarnya, zat yang bersifat adiktif pada rokok adalah nikotin dan nikotin juga terkandung di dalam cairan rokok elektronik.

Meskipun rokok elektronik terbilang lebih rendah risiko daripada rokok konvensional, namun bukan berarti penggunaan rokok elektronik ini 100% aman. Faktanya tetap ada berbagai risiko penyakit yang bisa ditimbulkan dari konsumsi rokok elektronik.

Setelah mengenal rokok elektronik dan memahami mitos-mitos yang tidak berlandaskan bukti, sekarang dapat kita pahami bahwa rokok elektronik adalah Produk Tembakau Alternatif yang memiliki risiko kesehatan lebih rendah daripada rokok konvensional kan? Yuk ikuti terus perkembangan dari Produk Tembakau Alternatif di website KABAR.