Left arrow Kembali

Industri Vape Butuh Lebih Banyak Kajian Ilmiah

Ketua Aliansi Vaper Indonesia (AVI), Johan Sumantri menjelaskan bahwa produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, terbukti secara kajian ilmiah memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok hingga 95 persen. Namun, informasi mengenai riset tersebut belum tersebar secara masif dan komprehensif bagi konsumen, khususnya di Indonesia. Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO), Paido Siahaan, mendukung agar akademisi bersama pemerintah segera menggalakkan kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif.

Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, terbukti secara kajian ilmiah memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok. Namun, informasi mengenai riset tersebut belum tersebar secara masif bagi konsumen, khususnya di Indonesia.

Ketua Aliansi Vaper Indonesia (AVI), Johan Sumantri, mengatakan produk tembakau alternatif mampu menekan risiko hingga 95 persen lebih rendah dibandingkan rokok. Fakta tersebut berdasarkan temuan yang dilakukan Lembaga Eksekutif Departemen Kesehatan Inggris, Public Health England, dalam Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products (2018).

Namun, lanjut Johan, pengguna produk tembakau alternatif maupun perokok dewasa hingga masyarakat belum memperoleh informasi yang komprehensif mengenai fakta dari produk tembakau alternatif yang minim risiko kesehatan.

"Kami belum bisa memastikan apakah para konsumen sudah terpapar soal profil risiko produk tembakau alternatif yang akurat," kata Johan kepada media, Sabtu (18/2).

Demi memperkaya informasi sekaligus mencegah disinformasi produk tembakau alternatif di publik, kajian ilmiah di dalam negeri juga harus dimasifkan oleh pemerintah.

"Selain kuantitas atau keterbukaan terkait riset produk tembakau alternatif, kami juga berharap kajian ilmiah tersebut disosialisasikan secara masif kepada seluruh konsumen agar kami dapat membuat keputusan yang berdasarkan fakta," tuturnya.

Pada kesempatan berbeda, Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO), Paido Siahaan, juga setuju agar akademisi bersama pemerintah segera menggalakkan kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif. Hal tersebut supaya konsumen mendapatkan informasi yang komprehensif.

"Agar informasinya akurat diperlukan kajian ilmiah atau menggunakan kajian literasi seperti yang dilakukan Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) supaya konsumen memahami perbedaan profil risiko dengan benar," terang Paido.

Paido melanjutkan minimnya informasi mengenai hasil kajian ilmiah produk tembakau alternatif akan menghambat proses peralihan para perokok dewasa yang ingin berganti ke produk yang lebih rendah risiko.

"Disinformasi menyebabkan perang opini yang akhirnya merugikan perokok dewasa untuk beralih ke produk yang lebih rendah risiko," tutupnya

https://finance.detik.com/industri/d-6577653/industrinya-sedang-berkembang-vape-cs-butuh-lebih-banyak-kajian-ilmiah