Universitas Padjadjaran dan Universitas Catania, Italia, meluncurkan Center for Harm Reduction Research atau Pusat Kajian Pengurangan Bahaya.
Guru Besar Ilmu Kedokteran Spesialis Penyakit Dalam Universitas Catania, Italia, Prof Riccardo Polosa menjelaskan, kerja sama ini sudah terjalin 5 tahun. Hal itulah yang melandasi keduanya meluncurkan pusat kajian pengurangan bahaya. Fasilitas tersebut diharapkan mampu mendorong para ilmuwan untuk terus berinovasi dan mengembangkan kajian ilmiah yang fokus pada pengurangan bahaya.
"Selama ini, kita sudah melakukan kajian ilmiah berbasis risiko terkait penggunaan tembakau. Di masa depan, kami berkomitmen memperkaya kajian ilmiah serta program pertukaran mahasiswa untuk pelatihan terkait studi pengurangan bahaya," kata tutur Polosa dalam rilisnya, Senin (16/9/2024).
Polosa menekankan pentingnya perguruan tinggi dan pemerintah meningkatkan kajian ilmiah berbasis pengurangan bahaya demi menurunkan potensi kerugian di masyarakat.
Sebagai contoh, perkembangan inovasi dan teknologi telah menghasilkan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan, yang mengimplementasikan konsep pengurangan bahaya.
Kehadiran produk-produk lebih rendah risiko tersebut diharapkan dapat membantu negara-negara di dunia yang selama ini kesulitan dalam menurunkan prevalensi merokok.
"Kita melihat selama bertahun-tahun bahwa pengendalian tembakau belum berhasil menurunkan kebiasaan merokok. Adanya produk tembakau alternatif yang menerapkan konsep pengurangan bahaya tembakau berkontribusi besar dalam mengurangi angka perokok, contohnya di Jepang, Inggris, Selandia Baru, dan Norwegia," tambahnya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Prof Amaliya menambahkan, ke depan, hasil kolaborasi riset ini dapat menjadi salah satu referensi bagi pemerintah dalam menyusun regulasi untuk mengatasi permasalahan merokok.
"Mungkin banyak yang bertanya, mengapa fokus pengurangan bahaya kami dimulai dari penggunaan tembakau. Sebab, kami melihat jumlah perokok di Indonesia itu ketiga terbesar di dunia dan itu sudah darurat," kata Amaliya.
"Jadi, kami berfokus pada pengurangan bahaya tembakau untuk mengurangi kerugian kesehatan akibat kebiasaan buruk merokok," tambahnya.
Tak hanya di lingkup Unpad, Amaliya berharap, kolaborasi kajian ilmiah berbasis pengurangan bahaya bisa dikembangkan dengan berbagai universitas di kawasan Asia Pasifik.
"Kolaborasi adalah kunci, fokus kerja sama terkait pengurangan bahaya dengan berbagai perguruan tinggi akan meningkatkan kualitas dan hasil penelitian yang akan bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah sebagai upaya menekan kerugian ataupun acuan untuk membentuk regulasi," pungkasnya.