Left arrow Kembali

Cara Ini Diklaim Bisa Turunkan Bahaya Rokok, Benarkah?

Akademisi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran (Unpad), Amaliya, menjelaskan penerapan sistem pemanasan pada produk tembakau alternatif menghasilkan uap sehingga bebas TAR saat digunakan oleh konsumen.

Akademisi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran (Unpad), Amaliya, menjelaskan penerapan sistem pemanasan pada produk tembakau alternatif menghasilkan uap sehingga bebas TAR saat digunakan oleh konsumen. Penerapan teknologi pemanasan pada produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik dan tembakau yang dipanaskan, mampu mengurangi risiko paparan zat berbahaya kepada penggunanya dibandingkan rokok konvensional.

Baca Juga: Nikotin vs TAR: Mana yang Lebih Berbahaya?

“Bukti-bukti kajian ilmiah dari dalam dan luar negeri sudah banyak mengungkapkan bahwa sistem pemanasan dapat mengurangi risiko,” kata Amaliya.

Beberapa kajian yang dimaksud adalah penelitian Konstantinos Farsalinos dari Universitas Petra, Yunani, Riccardo Polosa dari Universitas Catania, Italia, dan Peter Hajek dari Inggris. Amaliya mengungkapkan penelitian ketiganya menyimpulkan produk tembakau alternatif mampu menurunkan zat berbahaya 75 persen hingga 90 persen.

“Risiko terpapar zat berbahaya pun menurun,” ujarnya.

Karena berhasil menurunkan zat berbahaya hingga 90 persen, para perokok yang beralih ke produk tembakau alternatif menunjukkan perbaikan fungsi paru-paru dan pembuluh darah.

“Penelitian di Indonesia masih terbatas, namun riset systematic review dengan validitas bukti yang tinggi yang dibuat tim Pusat Studi Unggulan Pelayanan Farmasi Universitas Padjadjaran memperlihatkan keamanan dan efektivitas yang baik untuk program berhenti merokok,” jelasnya.

Baca Juga: Merokok dan Menggunakan Rokok Elektronik, Apa Bedanya?

Amaliya berharap produk tembakau alternatif dapat dimaksimalkan untuk membantu pemerintah menurunkan prevalensi merokok.

"Melihat bukti-bukti ilmiah yang ada, kami dapat percaya bahwa produk tersebut memang rendah risiko, hanya memang kita harus banyak menganalisis dan mempelajari bukti ilmiah tersebut dengan pikiran yang netral,” tambahnya.

Dosen Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, Rahmana Emran Kartasasmita, menyebutkan proses pemanasan pada produk tembakau yang dipanaskan dengan suhu terkontrol maksimal 350 derajat celcius menghasilkan kandungan zat berbahaya (harmful and potentially harmful constituents atau HPHC) yang jauh lebih rendah dibanding rokok konvensional. Pada rokok, proses pembakaran mencapai suhu 800 derajat celsius.

Menilik profil risiko yang ada, Emran pun berpendapat produk tembakau alternatif bisa dijadikan pilihan bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari rokok.

"Namun, yang perlu dipahami bawah produk tersebut bukan atau tidak dimaksudkan untuk yang bukan perokok,” tegasnya.

Baca Juga: Merokok dan Menggunakan Rokok Elektronik, Apa Bedanya?

Emran pun berharap pemerintah sebagai pengelola risiko dapat melakukan kajian dan penilaian terhadap produk tembakau alternatif sesuai dengan prinsip analisis risiko. Harapannya, kebijakan yang diambil terkait produk ini akan memiliki landasan ilmiah yang kuat.

Baca Juga: Peneliti Jelaskan Perbedaan Kandungan Asap Rokok dan Uap Vape

https://gaya.tempo.co/read/1589788/cara-ini-diklaim-bisa-turunkan-bahaya-rokok-benarkah