Asosiasi Vaper Indonesia (AVI) mendorong pemerintah untuk lebih terbuka dalam menyikapi diskusi dan penelitian bersama terkait risiko produk vape dan tembakau alternatif.
AVI menilai dukungan terhadap riset dan regulasi yang proporsional terhadap produk ini masih belum maksimal.
Kepala Bidang Humas AVI, Didong Wanorogo, mengatakan bahwa pendekatan pemerintah terhadap isu tembakau alternatif seharusnya tidak hanya merujuk pada data luar negeri, tetapi juga memperkuat riset domestik.
“Pemerintah harusnya open minded. Yuk, kita ngobrol bareng, bikin riset bareng. Jangan cuma pakai data luar negeri, kita juga bisa riset sendiri di dalam negeri agar datanya semakin relevan,” kata Didong dilansir dari Kontan, Kamis (12/6/2025).
Menurut Didong, AVI aktif mengedukasi perokok dewasa mengenai manfaat penggunaan produk tembakau alternatif.
Meskipun berhenti total adalah pilihan terbaik, ia menyebut penggunaan produk dengan risiko lebih rendah dapat menjadi langkah transisi yang realistis.
“Kami selalu edukasi perokok dewasa. Kami kasih tahu manfaatnya. Walaupun yang terbaik adalah berhenti total, tapi kalau tidak bisa, maka gunakan produk yang lebih rendah risikonya,” tambahnya.
Regulasi Dinilai Masih Memberatkan
AVI juga menyoroti regulasi yang saat ini diterapkan terhadap industri vape di Indonesia.
Menurut Didong, aturan yang ada justru menyulitkan pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) di sektor tersebut.
“Industri ini masih muda. Tapi aturannya membatasi. Padahal, produk tembakau alternatif bisa jadi solusi. Kalau supply-nya susah karena regulasi, kita juga jadi terhambat dalam menyediakan alternatif lebih rendah risiko bagi perokok dewasa,” jelasnya.
Sebagai contoh pendekatan berbasis bukti ilmiah, AVI mengutip inisiatif dari Yorkshire Cancer Research—lembaga riset dan amal kanker di Inggris—yang aktif mengampanyekan penggunaan vape sebagai alat bantu beralih dari kebiasaan merokok.
Dr Stuart Griffiths, Direktur Penelitian lembaga tersebut, menyatakan bahwa berbagai studi menunjukkan produk seperti vape, tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibanding rokok konvensional.
“Vape adalah metode efektif untuk membantu orang beralih dari kebiasaan merokok. Lebih dari 4.600 orang beralih setiap tahun dengan menggunakan vape di Yorkshire saja,” ujar Stuart, dikutip dari situs Your Harrogate.
Meski demikian, lembaga ini prihatin dengan meningkatnya persepsi negatif publik terhadap vape yang dianggap sama berbahayanya dengan rokok.
Menurutnya, pandangan tersebut tidak selaras dengan bukti ilmiah dan justru bisa menghalangi perokok untuk beralih ke pilihan yang lebih aman.
Yorkshire Cancer Research bahkan telah mengalokasikan lebih dari 2,7 juta Poundsterling untuk mendanai layanan berhenti merokok dan telah membantu lebih dari 4.400 orang di wilayahnya.
“Tidak ada kata terlambat untuk beralih dari kebiasaan merokok di usia berapa pun. Beralih ke produk tembakau alternatif dapat memperpanjang dan meningkatkan kualitas hidup,” tegas Stuart.
Ia menambahkan bahwa meskipun produk tembakau alternatif bukanlah gaya hidup, mereka merupakan alat bantu efektif yang harus tetap tersedia untuk perokok dewasa.