Left arrow Kembali

Fakta atau Mitos: Rokok Elektronik (Vape) dan Popcorn Lung

Istilah “popcorn lung” kerap dikaitkan dengan rokok elektronik (khususnya vape). Tapi, apa benar vape bisa menyebabkan penyakit ini?

Faktanya, tidak.
Menurut Cancer Research Inggris, belum ada kasus terkonfirmasi popcorn lung pada pengguna vape.

 Kronologi: Popcorn Lung & Rokok Elektronik (Vape)

  • 2000-an awal – Amerika Serikat
    Sejumlah pekerja pabrik popcorn terserang penyakit paru langka bronchiolitis obliterans, yang kemudian disebut “popcorn lung.”
  • Penyebabnya
    Paparan diacetyl, zat kimia perasa popcorn, dalam jumlah tinggi di pabrik. Kondisi ini tidak ada kaitannya dengan rokok elektronik (vape). 
  • 2010-an – Kekhawatiran baru
    Beberapa cairan rokok elektronik generasi awal ditemukan mengandung diacetyl. Dari sinilah muncul klaim keliru bahwa rokok elektronik (vape) memicu popcorn lung.
  • 2016 – Regulasi Eropa & Inggris
    Uni Eropa melalui Tobacco Products Directive (2014/40/EU) melarang diacetyl dalam cairan rokok elektronik (vape).
  • Kini
    Menurut Cancer Research Inggris dan UK Health Security Agency, tidak ada kasus popcorn lung akibat rokok elektronik (vape). Produk rokok elektronik yang teregulasi terbukti jauh lebih rendah risikonya dibanding rokok konvensional.

Gejala klinis popcorn lung: batuk kering kronis, sesak napas, wheezing (napas berbunyi), dan cepat lelah. Penyakit ini bersifat serius, tapi kasusnya sangat jarang dan tidak pernah terkait rokok elektronik (vape).

 

0 kasus terkonfirmasi

” Tidak ada satupun kasus popcurn lung pada rokok elektronik yang legal.”
— Dr. Brad Rodu, University of Louisville

“Selama lebih dari satu dekade penggunaan (rokok elektronik) vape di Amerika Serikat (2007–2018), tidak ada satupun kasus popcorn lung yang terlapor.”
— Dr. Michael Siegel, Boston University

 

Global consensus:

  • Cancer Research UK
  • UK Health Security Agency (UKHSA)
  • Health Canada
  • New Zealand Ministry of Health

Untuk Perokok Dewasa & Kebijakan

Bagi perokok dewasa yang sulit berhenti, riset menunjukkan produk tembakau alternatif, termasuk rokok elektronik:

    • Mengurangi paparan zat berbahaya dari pembakaran tembakau.
    • Memberikan nikotin dalam bentuk uap untuk meredakan keinginan untuk merokok (craving).
    • Meniru perilaku merokok (memegang, menghirup, menghembuskan).

Menyebarkan mitos bahwa vape menyebabkan popcorn lung berisiko membuat perokok dewasa kembali beralih ke rokok konvensional—padahal itu justru lebih berbahaya.

Konteks Indonesia:
Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan prevalensi merokok tertinggi di dunia. Negara lain, seperti Swedia, menunjukkan strategi tobacco harm reduction (THR) bisa menjadi strategi komplementer upaya pengendalian rokok.

Fact Box: Nikotin

  • Nikotin adalah zat yang menyebabkan ketergantungan.
  • Bukan penyebab utama kanker; risiko terbesar berasal dari TAR, karbon monoksida, dan ribuan zat berbahaya akibat pembakaran tembakau.
  • Produk tanpa pembakaran menurunkan paparan zat berbahaya, namun harus diatur ketat agar tepat sasaran.

Kesimpulan

Popcorn lung muncul dari paparan zat kimia di pabrik, bukan dari rokok elektronik. Meski rokok elektronik bukan produk bebas risiko, bukti ilmiah menunjukkan ia lebih rendah risiko dibanding rokok yang dibakar. Edukasi berbasis sains yang didukung oleh kebijakan yang mendukung adanya pembedaan profil risiko rokok yang dibakar dan rokok elektronik perlu ada, agar perokok dewasa yang kesulitan berhenti bisa mendapatkan opsi yang lebih baik.

Namun, perlu ditekankan bahwa opsi yang lebih rendah risiko ini hanya ditujukan bagi perokok dewasa yang ingin berhenti atau mengurangi risiko, tidak untuk anak-anak, remaja, ibu hamil, maupun non-perokok.

 

Sumber:
    •    Cancer Research UK – Does vaping cause popcorn lung?
    •    Vaping Post – Debunking the Myth with Science (2025)
    •    UK Health Security Agency – Clearing up some myths around e-cigarettes (2018)
    •    EU Tobacco Products Directive (2014/40/EU)