Left arrow Kembali

Asosiasi Pengguna Rokok Elektronik Luncurkan Kampanye #VapersBeHeard

Lewat kampanye ini, pengguna produk tembakau alternatif dari berbagai negara di Asia ingin aspirasi mereka didengar oleh para pembuat kebijakan serta masyarakat umum. Aspirasi mereka salah satunya adalah menjadi bagian dari proses pembuatan kebijakan terkait produk tembakau alternatif.

Asosiasi pengguna rokok elektronik kawasan Asia meluncurkan sebuah kampanye digital #VapersBeHeard dalam diskusi bertajuk Alternative Tobacco Products Regulations: The Role of the Consumers di Manila, Filipina. 

Lewat kampanye ini, pengguna produk tembakau alternatif dari berbagai negara di Asia ingin aspirasi mereka didengar oleh para pembuat kebijakan serta masyarakat umum. Pada intinya, ada tiga hal utama yang ingin disampaikan #VapersBeHeard kepada pembuat kebijakan:

  • Pengguna produk tembakau alternatif memiliki hak untuk menerima informasi yang akurat dan akses terhadap produk tembakau alternatif yang terbukti lebih rendah risiko kesehatannya. 
  • Para pengguna produk tembakau alternatif, termasuk orang-orang yang berada di sekitar pengguna (keluarga, kerabat, dan masyarakat luas) layak mendapat kesempatan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik melalui produk alternatif yang lebih rendah risiko.
  • Pengguna produk tembakau alternatif di kawasan Asia juga menuntut untuk menjadi bagian dari proses pembuatan kebijakan terkait produk tembakau alternatif.

Beberapa asosiasi pengguna produk tembakau alternatif yang turut serta dalam gerakan ini adalah The Vapers Philippines, ENDS Cigarette Smoke Thailand (ECST), Malaysian Organization of Vape Entity (MOVE), dan Asosiasi Vapers Indonesia (AVI).

"Banyak dari teman-teman vapers memandang produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko kesehatan sebagai pilihan yang lebih baik. Tidak sedikit juga dari mereka menggunakan produk ini sebagai bagian dari proses untuk berhenti. Bagaimanapun untuk dapat berhenti, perokok memerlukan bantuan serta proses yang berjangka, tidak bisa dilakukan secara instan," ujar Pembina Asosiasi Vapers Indonesia (AVI) Dimasz Jeremia saat menjadi pembicara di acara tersebut.

Pria yang juga menjadi anggota Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR) ini mengungkapkan tidak sedikit konsumen yang akhirnya berhasil berhenti secara total setelah perlahan mengurangi kebiasaan merokok dengan beralih ke produk tembakau alternatif. "Sebagai pengguna, kami telah merasakan langsung manfaat produk ini. Kami berharap pemerintah dapat mempertimbangankan kepentingan kami dengan melihat masalah ini dari perspektif pengguna. Dengan demikian, pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang tepat sehingga kami merasa punya payung perlindungan terhadap akses ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko," kata Dimasz.

"Ke depan kami juga berharap pemerintah dapat lebih terbuka dengan melibatkan kami dalam diskusi membuat kebijakan agar kami dapat menyampaikan aspirasi mengenai produk ini," sambungnya. 

Produk Tembakau Alternatif untuk Berhenti Merokok

Peneliti sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Dr. Satriya Wibawa Suhardjo yang juga hadir sebagai pembicara dalam forum diskusi tersebut mengungkapkan bahwa ada sekitar satu juta pengguna produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik atau vape di Indonesia.

Menurut Dr. Satriya, jumlah ini masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan jumlah perokok. Ia menilai seharusnya lebih banyak perokok perlu beralih ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko. Satu faktor penting untuk membantu orang beralih, kata Dr. Satriya, adalah sebuah kerangka peraturan yang tepat.

"Seperti diketahui bahwa orang merokok untuk nikotin. Tetapi senyawa yang memicu berbagai penyakit kronis adalah tar. Dan pilihan yang paling baik bagi perokok utamanya adalah berhenti. Namun tidak semua perokok dapat berhenti secara langsung. Mereka cenderung merasakan banyak kesulitan dalam proses berhenti dengan berbagai macam efek withdrawal. Namun vape dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dapat menjadi alternatif yang dapat membantu mereka untuk berhenti secara perlahan dengan risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok," jelas Dr. Satriya. 

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa legalitas produk tembakau alternatif oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melalui penetapan harga cukai merupakan kemajuan yang baik. Namun, masih memerlukan regulasi lebih lanjut agar potensi pada produk ini dapat teraplikasikan secara maksimal.

"Produk tembakau alternatif memerlukan kerangka kebijakan yang tepat dan menyeluruh. Seperti peringatan kesehatan yang berbeda untuk memperlihatkan perbedaan dalam risiko kesehatan sehingga orang tidak akan disesatkan untuk berpikir bahwa semua produk tembakau memiliki risiko yang sama," ujar Dr. Satriya.

"Kemudian juga perlakuan pajak yang berbeda untuk mendorong perokok beralih ke produk alternatif, serta lingkup komunikasi yang lebih besar. Sehingga konsumen dapat dididik tentang manfaat potensial dari produk ini dibandingkan dengan rokok, dan dapat membuat keputusan berdasarkan informasi untuk kesehatan mereka sendiri," ucapnya lagi.

Dr. Satriya menambahkan, ia juga berharap pemerintah dapat membuat peraturan yang mendorong penelitian lokal. Semakin banyak informasi tentang produk tembakau alternatif, maka semakin banyak hal yang dapat mendorong perokok untuk beralih. "Semua informasi harus didasarkan pada penelitian yang terbukti secara ilmiah," pungkasnya.