Left arrow Kembali

Pemerintah Perlu Pertimbangkan Pengurangan Bahaya Tembakau Sebagai Strategi Pengurangan Prevalensi Merokok

Strategi pengurangan bahaya tembakau dinilai mampu melengkapi kebijakan pengendalian rokok nasional dengan memberikan alternatif yang lebih rendah risiko bagi perokok dewasa yang kesulitan berhenti sepenuhnya. Laporan Lives Saved bahkan memperkirakan lebih dari 600 ribu nyawa dapat diselamatkan hingga 2060 jika strategi pengurangan bahaya tembakau diterapkan optimal di negara-negara berkembang.

Menanggapi temuan itu, pemerhati kesehatan masyarakat dr. Tri Budhi Baskara menegaskan bahwa Indonesia perlu segera mempertimbangkan pendekatan ini. Menurutnya, kebijakan yang hanya berfokus pada pelarangan terbukti belum cukup menurunkan prevalensi merokok secara signifikan. Produk alternatif seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin bisa menjadi jembatan bagi perokok dewasa untuk berhenti total, sembari tetap menekan risiko penyakit akibat rokok.

Laporan Lives Saved berjudul ‘Saving 600,000 Lives in Nigeria and Kenya: The Impact of Complementing Tobacco Control with Harm Reduction by 2060’ mengungkap potensi besar strategi pengurangan bahaya tembakau (Tobacco Harm Reduction) dalam menurunkan angka kematian akibat merokok hingga tahun 2060. 

Strategi ini dinilai mampu melengkapi kebijakan pengendalian tembakau dengan menawarkan alternatif yang lebih rendah risiko bagi perokok dewasa yang belum siap berhenti dari kebiasaannya sepenuhnya.

Melalui laporan dari mantan pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Dr. Derek Yach, menegaskan bahwa pencegahan risiko akibat kebiasaan merokok memerlukan tindakan cepat dan inovatif. 

Hal ini sangat relevan mengingat dari total populasi gabungan Nigeria dan Kenya yang mencapai 281 juta jiwa, sekitar 38.851 orang meninggal secara dini setiap tahunnya akibat rokok.

“Beban penyakit akibat rokok masih akan terus meningkat di kedua negara dalam beberapa dekade mendatang. Penggunaan rokok menjadi faktor utama penyebab penyakit akibat merokok,” tulis laporan itu, dikutip Senin (14/7/2025).

Sebagai solusi, laporan ini mendorong integrasi strategi pengurangan bahaya tembakau ke dalam kebijakan pengendalian rokok

Produk-produk alternatif seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin dinilai mampu memenuhi kebutuhan nikotin perokok dewasa tanpa harus terpapar zat berbahaya yang bersumber dari proses pembakaran pada rokok

Berdasarkan hasil analisis, lebih dari 600 ribu nyawa berpotensi diselamatkan apabila pendekatan pengurangan bahaya tembakau diterapkan secara optimal.  

Menanggapi temuan Lives Saved, pemerhati kesehatan masyarakat dr. Tri Budhi Baskara menyatakan, produk tembakau alternatif memang memiliki dasar ilmiah sebagai alternatif bagi perokok dewasa untuk mengurangi risiko penyakit serius akibat merokok. 

“Dalam kasus di mana penghentian total tidak dapat segera dicapai, produk alternatif dapat menjadi jembatan untuk beralih dari merokok,” katanya, Senin (14/7/2025).

Menurut dr. Tri Budhi, Indonesia perlu mempertimbangkan strategi pengurangan bahaya tembakau sebagai bagian dari kebijakan pengendalian rokok nasional. 

Pasalnya,pendekatan tradisional yang hanya fokus pada larangan belum efektif menurunkan prevalensi merokok secara signifikan.

Sebab hingga saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat merokok tertinggi di dunia. 

“Banyak perokok ingin berhenti, tapi mengalami kekambuhan karena nikotin bersifat adiktif, tanpa dukungan farmakologis atau alternatif nikotin yang lebih rendah risiko, mereka kembali ke rokok. Pendekatan pengurangan bahaya tembakau menyediakan opsi realistis yakni berpindah ke produk yang lebih rendah risiko sambil tetap memberi ruang untuk berhenti total jika memungkinkan,” tandasnya.

https://www.tribunnews.com/kesehatan/2025/07/14/ri-perlu-pertimbangkan-strategi-pengurangan-bahaya-tembakau-sebagai-pengendalian-rokok-nasional