Sejumlah asosiasi mendorong pemanfaatan tembakau alternatif berupa rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin untuk dapat menurunkan prevalensi merokok di Indonesia.
“Produk tembakau alternatif layaknya diperlakukan sebagai harm reduction atau pengurangan bahaya untuk para perokok dewasa," kata Ketua Asosiasi Ritel Vape Indonesia Fachmi Kurnia Firmansyah dalam keterangan di Jakarta, Rabu (7/2/2024).
Fachmi mengatakan tembakau alternatif dapat dioptimalkan perokok dewasa yang ingin mengubah gaya hidup dan beralih dari kebiasaan.
Tembakau alternatif adalah produk penghantar nikotin tanpa proses pembakaran.
Produk itu menerapkan proses pemanasan, sehingga tidak menghasilkan TAR berupa partikel padat yang dihasilkan ketika rokok dibakar dan bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker.
"Implementasi harm reduction seperti penggunaan gula rendah kalori dan beras merah untuk orang yang memiliki penyakit diabetes atau upaya mencegah diabetes, tetapi tidak bisa lepas dari rasa manis dan kebiasaan mengonsumsi nasi," kata Fachmi.
Penelitian ilmiah bertajuk Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products 2015 dari Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial atau UK Health Security Agency (UKHSA) di Inggris menunjukkan produk tembakau alternatif memiliki risiko 90 sampai 95 persen lebih rendah ketimbang rokok.
Bukti riset itu menjadi landasan bagi negara seperti Selandia Baru, Jepang, Swedia, dan Inggris untuk memaksimalkan produk tembakau alternatif sebagai strategi mengurangi prevalensi merokok di negara tersebut.
Bahkan, Kementerian Kesehatan Inggris meluncurkan program ‘swap to stop’ dengan membagikan perlengkapan rokok elektronik secara gratis kepada satu juta perokok dewasa. Hal itu ditujukan untuk mencapai target menjadi negara bebas asap mulai tahun 2030.
Baca Juga: https://koalisibebastar.com/article/ketahuilah-5-cara-menghilangkan-bau-rokok-di-mobil-dengan-mudah