Left arrow Kembali

Pakar Onkologi Amerika Teliti Fakta Tentang Produk Tembakau Alternatif

Di Amerika Serikat, sebuah penelitian dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut terhadap strategi peralihan perokok ke penggunaan produk tembakau alternatif. Diperkirakan 6,6 juta orang di Amerika Serikat dapat terhindar dari kematian dini jika perokok beralih ke rokok elektronik.

Tingginya angka perokok merupakan permasalahan besar yang dialami oleh hampir semua negara, termasuk di Indonesia dan Amerika Serikat. Berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari kampanye kesehatan hingga penerapan regulasi yang ketat. Namun, nyatanya berbagai upaya ini belum berhasil menurunkan tingginya angka prevalensi secara keseluruhan. Berangkat dari permasalahan ini, peneliti dari berbagai belahan dunia terus melakukan berbagai kajian ilmiah, dengan harapan menemukan pendekatan terbaik untuk mengatasi masalah rokok tersebut. 

Di Amerika Serikat, sebuah penelitian yang dipimpin oleh pakar onkologi Prof. David Theodore Levy dari Georgetown University Medical melakukan kajian lebih lanjut terhadap masalah rokok dengan mempertimbangkan strategi peralihan perokok ke penggunaan produk tembakau alternatif, dalam hal ini rokok elektronik untuk mempercepat proses pengendalian tembakau di negeri Paman Sam tersebut. 

Penelitian Levy dan tim yang bertajuk “Potential Deaths Averted in USA by Replacing Cigarettes with E-Cigarette” itu dipublikasikan dalam jurnal Tobacco Control dengan menggunakan skenario optimis dan pesimistis, serta membuat model potensi dampak kesehatan masyarakat bila rokok digantikan dengan produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik. Hasilnya penelitian menemukan bahwa diperkirakan sebanyak 6,6 juta orang di Amerika Serikat dapat terhindar dari kematian dini jika perokok beralih ke rokok elektronik.

“Diperlukan sejumlah upaya komprehensif agar proses pengendalian tembakau dapat berhasil. Peralihan dengan menggunakan produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik bisa menjadi salah satu upaya mengingat tingkat kandungan risiko kesehatan yang dimiliki lebih rendah dibandingkan dengan rokok,” jelas Prof. Levy dalam acara Diskusi Produk Tembakau Alternatif di Tengah Disrupsi Teknologi serta Kaitannya dengan Reaksi dan Tantangan Global di Jakarta, Rabu (17/10). Meskipun demikian, ia menambahkan bahwa cara terbaik adalah dengan berhenti merokok sepenuhnya. 

Menanggapi penelitian tersebut, Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia yang juga anggota Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Dr. drg. Amaliya, M.S., PhD mengatakan bahwa meskipun memiliki perbedaan karakteristik masyarakat, pada dasarnya Indonesia juga memiliki permasalahan yang sama dengan Amerika Serikat dalam hal pengendalian konsumsi rokok. “Diperlukan suatu langkah alternatif untuk mengatasi hal ini. Kami di YPKP juga telah melakukan penelitian lebih lanjut mengenai produk tembakau alternatif, baik melalui pendekatan kesehatan dengan memeriksa sel rongga mulut pada tiga kelompok utama, yakni perokok, pengguna rokok elektronik, dan non perokok, maupun pendekatan sosial,” jelas Dr. drg. Amaliya.

Dari proses penelitian tersebut, Dr. drg. Amaliya dan tim banyak melakukan observasi langsung dengan para perokok. Ia menemukan bahwa banyak perokok yang merasa kesulitan untuk berhenti. Salah satunya, yakni karena alasan psikologi dimana perokok kehilangan sensasi dari kebiasaan hand to mouth. “Kebiasaan ini (hand to mouth) juga dapat dirasakan dengan penggunaan produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dan rokok elektronik. Kemudian, konsep pengurangan risiko yang diterapkan pada produk tembakau alternatif menunjukkan bahwa produk tersebut memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah hingga 95 persen daripada rokok. Merujuk pada berbagai penelitian dan literatur atas potensi produk tembakau alternatif, produk ini dapat menjadi alternatif bagi perokok yang berkeinginan untuk berhenti secara bertahap,” terang Dr. drg. Amaliya.

Ia menegaskan bahwa konsep pengurangan risiko pada produk tembakau alternatif adalah mengurangi kadar risiko yang ditimbulkan, bukan menghilangkannya sama sekali. “Berhenti merokok jelas cara yang terbaik, tetapi dengan jumlah sekitar 75 juta perokok di Indonesia, sangat sulit untuk dapat menurunkannya secara langsung,” tambah Dr. drg. Amaliya.

Urgensi Penelitian Komprehensif Produk Tembakau Alternatif

Selain YPKP Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga kini tengah melakukan penelitian mengenai produk tembakau alternatif dengan menggunakan pendekatan model ekonomi untuk mengkaji secara menyeluruh bagaimana potensi dan dampak yang ditimbulkan oleh produk tembakau alternatif bagi masyarakat. Peneliti LIPI, Prof. Erman Aminullah M.Sc mengatakan bahwa penting untuk melihat produk ini secara holistik atau menyeluruh, sehingga didapatkan pemahaman yang utuh.

"Penelitian yang sedang berjalan dilihat dari berbagai bidang. Kami melihat dari bidang kesehatan, regulasi, teknologi, dan masyarakat. Ke semua bidang ini penting dan saling berinteraksi dan terkait satu dengan yang lainnya. Pada akhirnya, kami ingin agar jumlah perokok menurun dan upaya berhenti merokok meningkat di Indonesia," jelas Prof Erman. 

Produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar, rokok elektronik, nikotin tempel, dan snuss merupakan salah satu bentuk pengembangan dari inovasi teknologi. Produk tembakau alternatif tidak menggunakan proses pembakaran dan menggantinya dengan proses pemanasan. Dengan pemanasan, kandungan senyawa TAR yang terbentuk dari hasil pembakaran dan merupakan senyawa paling berbahaya pada rokok dapat dieliminasi.

Adapun selain penelitian yang saat ini tengah dilakukan oleh LIPI, Dr. drg. Amaliya juga berharap akan semakin banyak penelitian lebih lanjut mengenai produk tembakau alternatif di Indonesia, yang pada akhirnya diharapkan menjadi landasan pemerintah dalam merumuskan regulasi produk tembakau alternatif yang sesuai dengan tingkat risiko dan profilnya. “Dengan hasil-hasil penelitian yang ada dan sekarang sedang berjalan, kami harap Indonesia dapat menjadi negara yang juga memimpin kemajuan penelitian terkait produk tembakau alternatif, khususnya di lingkup ASEAN,” tutup Dr. drg. Amaliya.